prahara rumah tangga artinya
Artinya Imam Syafi'i berkata, baik Al-Qur`an maupun assunah telah menjelaskan bahwa kewajiban suami terhadap istri adalah mencukupi kebutuhannya. Konsekuensinya adalah suami tidak boleh hanya sekadar berhubungan badan dengan istri tetapi menolak memberikan haknya, dan tidak boleh meninggalkannya sehingga diambil oleh orang yang mampu
KirdiPutra menganalisa arti dari mimik pesinetron Celine Evangelista selama mengungkapkan pengakuannya mengenai prahara rumah tangga. Kirdi Putra menganalisa arti dari mimik pesinetron Celine Evangelista selama mengungkapkan pengakuannya mengenai prahara rumah tangga. Selasa, 5 Juli 2022; Cari. Network.
Ayatini berarti bahwa dalam kehidupan rumah tangga tidak mungkin kita tidak menemui apa yang kita benci ada pada pasangan kita. Namun, jangan sampai hal itu menjadi alasan untuk memisahkan kita dari pasangan. Semoga Allah selalu menjaga rumah tangga kita dari segala tipu daya setan.
Vay Tien Online Me. - Hubungan rumah tangga Rey Utami dan Pablo Benua dilanda prahara. Tapi sebagian netizen tak percaya apabila pernikahan mereka bermasalah. Bahkan ada yang menyebutkan masalah mereka hanya setingan. Menganai hal itu, Rey Utami tak peduli komentar miring tentang dirinya dan sang suami. Sebab menurut Rey Utami, ia sudah terlalu terbiasa dengan cibiran pedas netizen terhadap hidupnya. "Komentar netizen, aku enggak terlalu peduli. Artinya karena dari awal muncul, tujuh hari apa segala macam ada orang yang begitu sebut settingan. Waktu aku hamil juga dibilang settingan, waktu ngelahirin anak-anak juga settingan. Artinya aku enggak mau terlalu nanggepin," ujar Rey seperti dikutip dalam kanal YouTube Beepdo, Selasa 12/1/2021. Baca juga Sejak Keluar Penjara Pablo Benua Belum Menemuinya, Rey Utami Saya Kangen, Anak Juga Kangen Rey minta doa kepada netizen agar rumah tangganya ke depannya dalam keadaan baik-baik saja. Sebab diakui Rey, ia tak ingin berpisah dengan Pablo Benua. Pasalnya, sudah banyak momen pahit hingga bahagia yang sudah dilewati keduanya. "Kan kita juga sama-sama dewasa, sama-sama udah ngalamin pahit manis kehidupan, di penjara, di luar penjara sampai keluar lagi. Kita sudah bertahan bersama, menguatkan bersama, artinya momen-momen itu yang aku syukuri. Sulit untuk aku lupakan," kata Rey Utami. "Kita benar-benar ada di saat-saat terendah hingga menguatkan hingga akhirnya kita bangkit. Menurut aku terlalu mahal ya dengan masalah kemarin, percek-cokan yang bisa diselesaikan harus berakhir," tambah Rey. Rey juga memikirkan buah hatinya jika nantinya, ia dan Pablo Benua harus berpisah. Pasalnya, jika orangtua berpisah, anak akan menjadi dampaknya. "Apa lagi ada anak yang tanggung jawabnya masih sampai dia besar menurut aku sangat disayangkan," ucap dia. Ia berharap rumah tangganya berhasil bertahan. Dia juga berharap sang suami agar berubah pikiran untuk mempertahankan rumah tangganya. "Saya sih sangat berharap, masih berharap. Mudah-mudahan Allah ridho, Allah berkenan sehingga doa aku yang dikabulkan untuk tetap bertahan. Dan dia juga mudah-mudahan bisa berubah pikiran, hatinya jadi lebih lembut, egona, Insya Allah, semua kehendak Allah," tuturnya. Sebagai informasi, hubungan rumah tangga antara Rey Utami dan Pablo Benua dikabarkan retak beberapa waktu belakangan ini. Kepada Melaney Ricardo, Rey Utami bahkan pernah mengungkap permasalahan rumah tangganya dengan Pablo Benua lebih kuat di dalam penjara dibandingkan di luar penjara. Artikel ini telah tayang di dengan judul Rey Utami Tak Peduli Omongan Netizen soal Keretakan Rumah Tangganya Disebut Settingan
RAKYAT PRIANGAN, Pustaka Islami - Agama Islam mengajarkan bahwa perkawinan itu adalah ikatan yang suci, kokoh serta agung terjadi diantara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup menjadi suami dan istri sebagaimana ketentuan Allah SWT. Di dalam Al’Quran juga disebutkan kata Mitsaaqan Ghaliza’ yang artinya perjanjian mulia dan suci serta setara dengan perjanjian antara Allah SWT dengan para nabi. Allah menyampaikan kata tersebut hanya tiga kali didalam Al-Quran. Pertama didalam surah Al-Ahzab ayat 7 yang artinya “Dan ingatlah ketika kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.” Kalimat perjanjian yang teguh tersebut mempunyai arti sebagai kesanggupan para nabi untuk menyampaikan ajaran keagamaan kepada masing-masing umatnya. Perjanjian yang dibuat oleh Allah dengan para nabi mempunyai arti dan kedalaman makna yang kuat, hal ini juga yang dimaksudkan oleh Allah dalam perjanjian ikatan antara seorang laki-laki dan perempuan yang melangsungkan pernikahan. Kedua dalam surah An-Nisa ayat 154 yang artinya "Dan telah Kami angkat ke atas kepala mereka bukit Thursina untuk menerima perjanjian yang telah Kami ambil dari mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka "Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan pula kepada mereka "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu"Ayat 154 Surah An-Nisa diturunkan ketika Allah SWT membuat perjanjian dengan Bani Israil untuk manakut-nakuti mereka yang kerap membangkang perintah Allah, bahwasanya Allah akan mengangkat bukit Tursina keatas kepala mereka dan telah membuat perjanjian yang teguh dari mereka namun mereka tetap melanggar perjanjian tersebut. Ketiga ada alam surah An-Nisa ayat 21 langsung merujuk pada pernikahan yang artinya "Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul bercampur dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka isteri-isterimu telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. " Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah menjelaskan bahwa Surah An-Nisa ayat 21 menjelaskan tentang ketentuan seorang pria yang meminta kembali mahar yang telah diberikan kepada istrinya. Sebagaimana Allah menyebut orang yang menarik kembali mahar adalah sebuah pengingkaran. Bagaimana bisa seorang pria mengambil kembali setelah mengambil janji yang teguh dalam sebuah akad pernikahan yang didalamnya terkandung pasal hak-hak pernikahan yang sah, bahkan setelah pasangan saling mencintai dan berhubungan sebagai suami istri. Rosulullah SAW juga pernah bersabda yaitu Baitii Jannatii’ yang artinya Rumah tanggaku adalah sorga bagiku’, hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya sebuah pernikahan itu adalah kesempurnaan dalam meraih kebahagiaan di dunia serta di akhirat. Jika memang ada surga di dunia hal itu ada didalam sebuah pernikahan. Namun memang pada praktiknya menyatukan dua manusia yang mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda terkadang mempunyai banyak masalah dan tidak bisa selalu mendapatkan jalan yang mudah. Dalam mewujudkan sebuah keluarga yang harmonis diperlukan saling pengertian dan cinta yang ikhlas karena Allah untuk mewujudkan kerukunan, kedamaian dan ketentraman dalam rumah tangga agar bisa mencapai kedamaian. Baca Juga Daniel Craig Pensi, Siapa Pengganti James Bond ? Berikut Nama Calonnya... Prahara Rumah Tangga dan Solusinya Menurut Islam
Laporan Wartawan Alivio JAKARTA - Kabar prahara rumahtangga Celine Evangelista dengan Stefan William saat ini masih ramai disorot. Sebagai seorang sahabat, Inul Daratista memberi nasihat rumah tangga pada Celine Evangelista. Pedangdut ini meminta Celine Evangelista tidak menyerah dengan rumah tangganya. Ia mengingatkan Celine Evangelista untuk bersabar dan pasrah pada garis takdir Sang Pencipta. "Jangan menyerah ketika proses berjalan tdk mulus,kamu hanya cukup bersabar dan berdo agar jd wanita kuat,sekuat baja,mampu menahan tangis dan amarah,tegar ketika ombak menghantam," tulis Inul dikutip Tribunnews, Jumat, 16/4/2021. "Saat petir menyambar,mungkin Allah punya mau,punya hal indah dikemudian hari yg akan dihadiahkan utk kita parapejuang kehidupan. Biarkan yg benci dengki iri dan tak menyukaimu,lewatin saja tanpa menatapnya," tambahnya. Inul juga mengingatkan Celine Evangelista untuk memikirkan anak-anaknya. Pelantun "Kocok-Kocok" itu memberi semangat pada Celine agar menjadi seorang ibu yang bisa menjadi panutan anak-anaknya. "Jalanlah yg lurus agar prosesmu punya catatan indah tertulis dgn tinta emas. Anak anak akan memiliki kenangan manis dr catatan seorangg ibu yang tanpa mengeluh melewati bara duniawi," lanjutnya. Akhir tulisannya, Inul kembali menguatkan Celine Evangelista untuk tidak menyerah dengan permasalahan rumah tangganya dengan Stefan. Ia seakan yakin Celine Evangelista bisa bertahan dan menyelesaikan permasalahan tersebut. "Wanita itu kita. Bermental baja dan sekilau berlian. 362 hari mengabdi tanpa pamrih. Gak minta bayaran dr keluarga yg diperjuangkan dan dicintainya," kata Inul. "Tak minta air susunya dikembalikan, yg ia minta,anak-anaknya ingat bahwa ia lahir dari seorangg ibu." "Cukuplah kau beri kasih sayang dan cinta serta perhatian apalagi ketika mereka sudah renta tak berdaya. Mereka minta perhatianmu, bukan uangmu," tutup Inul. Dalam postingan tersebut, Celine memberi komentar dan memuji sosok Indul yang menginspirasinya. "Bundaa my inspiration," kata Celine. Sekedar informasi, sebelumnya Celine membantah tudingan masyarakat yang menyebut Stefan cuek dan tidak bertanggung jawab dengan keluarganya. Menurut Celine, Stefan adalah sosok pria terbaik dalam hidupnya. Entah itu dalam hal menjalankan tugasnya sebagai suami maupun ayah, hal ini diungkapkan di Kanal YouTube-nya.
Penulis Najmah Saiidah KELUARGA — Islam adalah mabda yang sahih, yang darinya lahir aturan yang sempurna sebagai peraturan hidup, menjadi rahmat dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia, sehingga tidak terjadi benturan dan ketakseimbangan. Benturan dan ketakseimbangan muncul ketika manusia mencampakkan Islam sebagai aturan dalam hidupnya. Islam memiliki aturan yang menyeluruh yang mengatur seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali masalah pernikahan atau rumah tangga. Dalam Islam, pernikahan merupakan akad antara laki-laki dan wali perempuan yang karenanya hubungan laki-laki dan perempuan ini menjadi halal, sebagai pasangan suami-istri. Jika keluarga yang dibentuk dilandasi fondasi kokoh yaitu akidah Islam, diiringi niat, cara, proses pernikahan yang sesuai syariat Islam, restu akan menjadi doa dari semua yang menyaksikan ikatan tersebut. Sehingga, sakinah, mawaddah, wa rahmah, bi idznillaah akan dicapai. Hanya saja, memang pernikahan tidak selalu berjalan mulus, kadang diterpa “prahara”. Tidak sedikit keluarga yang mengalami disharmoni bahkan disfungsi akut akibat impitan ekonomi dan krisis, termasuk pandemi saat ini, hingga keluarga tak bisa lagi diharapkan menjadi benteng perlindungan dan tempat kembali yang paling diidamkan. Yang terjadi adalah rumah tangga yang berantakan, penuh dengan kebencian. Seorang istri merasa sangat diatur suaminya, sebaliknya di sisi lain, sang suami merasa tidak dihargai istrinya. Ada yang berpendapat, seorang wanita yang telah menikah, mau tak mau si istri harus tunduk pada seluruh perintah suaminya tanpa ada hak bagi istri untuk berdiskusi atas tindakan suaminya dalam kondisi apa pun, sekalipun sang suami melakukan tindakan kemaksiatan. Atau sebaliknya, sang istri menuntut penuh hak-haknya dari suaminya, sementara istri enggan memberikan hak-hak suami atasnya. Jika keadaannya seperti ini, sulit diharapkan terwujud kehidupan rumah tangga yang harmonis. Memang cobaan yang datang setelah pernikahan merupakan ujian yang harus dihadapi dengan kematangan sikap dan kematangan berpikir. Idealnya, harus dihadapi dengan hati dan pikiran terbuka, selalu berprasangka baik terhadap pasangan. Di sinilah Islam datang memberikan petunjuk dan rambu-rambu kepada umat Islam—dengan Rasulullah sebagai contoh terbaik—sehingga tidak berujung pada perpisahan. Lalu, apa saja rambu-rambu tersebut? 1 Menyelami tujuan pernikahan dan bersabar Keluarga yang tegak di atas syariat Islam, sesungguhnya akan mampu menciptakan ketenangan, ketenteraman, keadilan, dan rasa aman. Suami-istri hidup berdampingan saling asih dan asuh, serta menjalankan bahtera keluarga layaknya dua orang sahabat sejati yang selalu berbagi suka dan duka. Hanya saja ketika hilang rasa cinta, hidup merasa tidak lagi bahagia, batin merasa merana, bercerai memang tidak mengapa, namun jika ingat tujuan awal menikah adalah ingin menggapai rida Allah Swt., maka bersabar dan selalu berupaya memperbaiki keadaan yang masih bisa diperbaiki tentu lebih baik. Kesabaran merupakan langkah utama ketika mulai muncul perselisihan antarpasangan. Kebaikannya tidak selalu terletak pada apa yang bisa dilihat mata, namun kebaikannya bisa berupa ganjaran dari Allah Swt.. Allah Swt. berfirman, “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” QS An-Nisa 19 Lebih dari itu, adakalanya kesabaran tersebut akan Allah balas dengan anak-anak saleh yang keluar dari orang yang sanggup kita bersabar darinya. Berkaitan dengan surah An-Nisa ayat 19 tersebut, Imam al Qurthubi menyatakan, “… bila kamu tidak menyukai mereka yakni karena keburukan rupa atau keburukan perangai namun tidak melakukan kekejian zina atau kedurhakaan nusyuz, dalam hal ini dianjurkan bersabar, karena bisa saja hal itu menjadi awal Allah memberinya rezeki dari istri tersebut berupa anak-anak yang saleh. 2 Mendatangkan juru damai yang tepercaya. Jika konflik memang sudah tidak mampu diatasi berdua, sementara keadaan semakin runcing, kehadiran juru damai yang tepercaya sebagai penengah sangat diperlukan, sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt. “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS An-Nisa 35 Ali bin Abi Thalhah mengatakan dari Ibnu Abbas, “Allah memerintahkan mereka untuk mengutus seorang laki-laki yang saleh tepercaya dari pihak keluarga laki-laki, dan seorang yang sama dari pihak keluarga wanita. Kedua hakam atau juru damai ini diharapkan bisa membantu menyelesaikan permasalahan suami-istri ini.” Imam Bukhari menceritakan bahwa Rasulullah pernah bertengkar dengan Aisyah. Untuk menyelesaikan masalah, diundanglah Abu Bakar ra. sebagai penengah. Di hadapan Abu Bakar Rasulullah bertanya pada Aisyah, “Engkau atau aku yang bicara?” Aisyah pun menjawab, “Engkau saja yang bicara, namun jangan mengatakan sesuatu kecuali yang benar.” Mendengar ini, Abu Bakar langsung menamparnya dan berkata, “Akankah Beliau mengatakan selain yang benar, hai musuh dirinya sendiri?” Lalu Aisyah berlindung kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah berkata pada Abu Bakar, “Sesungguhnya kami tidak mengundangmu untuk melakukan ini, dan kami tidak menginginkan engkau melakukan ini.” Suatu ketika Rasulullah saw. datang ke rumah Fatimah ra, namun beliau tidak menjumpai Ali ra. di rumahnya. Maka beliau bertanya, “Di manakah anak pamanmu?” Fatimah menjawab, “Sebenarnya antara saya dan dia ada permasalahan, malah dia memarahiku. Setelah itu, ia keluar dan enggan beristirahat siang di sini.” Lalu Rasulullah saw. bersabda kepada seseorang, “Lihatlah carilah, di manakah dia berada!” Tidak lama kemudian, orang tersebut datang dan berkata, “Wahai Rasulullah, sekarang dia tengah tidur di masjid.” Setelah itu Rasulullah saw. mendatangi Ali ra. ketika ia sedang berbaring, sementara kain selendangnya jatuh dari lambungnya hingga banyak debu yang menempel di badannya. Kemudian Rasulullah mengusapnya seraya bersabda, “Bangunlah hai Abu Turab! Bangunlah hai Abu Turab!” HR al-Bukhari 3 Ta’dib suami kepada istri, ketika terjadi nusyuz. Tidak dimungkiri, dalam situasi seperti ini muncul tanda-tanda awal kedurhakaan nusyuz, maka Islam pun memberikan solusinya, sebagaimana yang disampaikan Allah dalam firman-Nya, “Wanita-wanita yang kalian khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, tinggalkanlah mereka dari tempat tidurnya, dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membekas. Jika mereka menaati kalian, maka janganlah kalian mencari-cari alasan untuk menghukum mereka” QS an-Nisa 34 Imam Al Muzani dalam kitabnya Mukhtashor al Muzani menerangkan tentang ayat ini, “Dan di dalamnya surah An Nisa’ 34 adalah petunjuk pada konsekuensi dalam setiap kondisi wanita, kapan mereka ditegur dan dihukum bila ditemukan pada mereka indikasi yang mengkhawatirkan, baik dari perbuatan atau perkataan, maka ditegur dan dinasihati lebih dahulu, jika tetap berbuat nusyuz maka pisah ranjang, dan bila masih berbuat demikan maka pukullah dengan pukulan yang tidak membekas.” 4 Introspeksi diri dan tidak saling menyalahkan. Sebaik apa pun rumah tangga manusia, tentulah ada kekurangan dan hal yang tidak menyenangkan sehingga menyebabkan permasalahan , di sinilah saatnya kedua belah pihak baik suami maupun istri melakukan introspeksi diri dan tidak saling menyalahkan yang satu dengan yang lain. Ada baiknya yang satu mengalah dari yang lain, walaupun memang tidak mudah untuk dilakukan. Di antara sikap yang harus dihindari suami karena dicela Allah Swt. adalah kerap menyalahkan dan mencari-cari kesalahan istri. Hal itu tidak akan memperbaiki masalah dan kian merusak keharmonisan. Bukankah lebih baik memaklumi kekurangan istri dan membimbing mereka? Firman-Nya, “Jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.” QS an-Nisa 34 Kehidupan rumah tangga yang sukses, harmonis, sakinah mawaddah wa rahmah justru harus dihiasi dengan sikap saling melupakan keburukan pasangan taghaful, saling memaafkan dan memaklumi tasamuh, dan saling mendahulukan kepentingan masing-masing tanazul. 5 Jalin komunikasi yang baik. Komunikasi juga menjadi faktor penting yang menentukan keberhasilan suami istri dalam menyelesaikan persoalan rumah tangga. Tanpa komunikasi yang baik, ketenteraman dalam keluarga bakal sulit dicapai. Bisa dikatakan, komunikasi menjadi salah satu kunci utama dalam sebuah pernikahan yang akan membebaskan pasangan dari rasa curiga, pikiran negatif, dan kecemasan lainnya. Komunikasi merupakan jembatan pembentuk kepercayaan. Dengan komunikasi, pasangan lebih bisa menentukan langkah ke depan menuju kebahagiaan yang diinginkan. Kita akan melihat kecerdasan dan kecerdikan seorang istri berkomunikasi dengan suami yang sedang berada dalam kepanikan karena peristiwa yang dihadapinya. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim serta Musnad Ahmad disampaikan tentang keadaan Nabi saat baru menerima wahyu pertama di Gua Hira’, bahwa Nabi saw. pulang ke Khadijah dalam keadaan gemetar fisik dan hatinya. Beliau masuk dan berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Ketika telah mulai tenang, beliau berkata, “Khadijah, aku khawatir diriku akan tertimpa musibah, aku khawatir diriku akan tertimpa musibah.” Khadijah berkata untuk menenangkan suaminya, “Bergembiralah, demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya. Engkau benar-benar jujur dalam ucapan, menjaga silaturahim, menanggung beban, memuliakan tamu, dan membantu orang yang kesulitan.” Kata-kata yang mengalir jujur dan bukan basa-basi. Menyejukkan hati yang sedang panas. Menenangkan jiwa yang sedang gemetar. Memantapkan keyakinan akan pertolongan Allah. Khatimah Kehidupan pernikahan memang tidak selalu seindah yang diharapkan, karena memang tidak mudah menyatukan dua pribadi yang berbeda, berasal dari latar belakang yang berbeda, yang memiliki kebiasaan, karakter, keinginan yang berbeda pula. Konflik menjadi suatu hal yang mungkin terjadi, dan jika hal tersebut tidak mampu diatasi dengan bijaksana, sangat mungkin akan membawa pernikahan kepada perceraian. Karenanya, sangatlah penting bagi setiap pasangan yang hendak menikah untuk mempersiapkan pernikahannya, sehingga dapat mengantisipasi badai yang akan menerpa dan pada saat hal tersebut terjadi dapat diatasi dengan baik pula. Keluarga Rasulullah saw. juga tidak luput dari persoalan, akan tetapi dengan bimbingan wahyu, baginda Rasulullah mampu menyelesaikan berbagai persoalan tersebut. Ini semua menjadi contoh terbaik untuk kita semua dalam menyelesaikan prahara yang mendera rumah tangga kita. Apabila pasangan suami-istri berusaha memperhatikan kewajibannya, rumah tangga yang penuh kedamaian akan betul-betul terwujud, insyaallah. Pasangan suami-istri memang harus bahu membahu, bekerja sama dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga. Sikap saling menghormati, menghargai, menyayangi, dan pengertian, saling memaafkan, serta saling mau belajar, harus dimiliki pasangan suami-istri. Alangkah indah dan sarat dengan ibrah, perkataan Abu Darda ra. pada istrinya, “Jika aku marah, maka buatlah aku rida padamu, dan jika engkau marah aku pun akan membuat dirimu rida padaku. Kalau tidak demikian, tidaklah kita bersahabat.” Wallahu a’lam bishshawwab. [MNews/Juan] Facebook Notice for EU! You need to login to view and post FB Comments!
prahara rumah tangga artinya